by

Dudi Akasyah: Camping Backpacker ke Pulau Semak Daun

Oleh:
Dudi Akasyah
sakinah2007@gmail.com

Indonesia memiliki banyak pulau. Tanpa sadar, ternyata di dekat Jakarta banyak pulau eksotis. Perjalanan simpel seperti halnya naik bis, namun moda kapal dan perahu. Inilah yang membuat petualangan sangat seru.

Traveling adalah hal paling mengasyikan, bahkan bagi orang yang suka mager sekalipun, apalagi jika pulaunya aduhai, tak ayal membuat pikiran segar, hidup lepas dari kungkungan kerja yang bikin pikiran ambyar.

Tujuan Wisata Pulau Semak Daun

Jam 06.00 WIB saya tiba di Kali Adem, Jakarta. Kemudian membeli tiket kapal tradisional seharga Rp 77.000 tujuan Pulau Pramuka.

Tidak ada kapal tujuan langsung ke Pulau Semak Daun melainkan naiknya dari Pulau Pramuka terlebih dahulu. Istilah lainnya, Pulau Pramuka sebagai tempat transit menuju Pulau Semak Daun.


Jam 08.00 Kapal berangkat. Lautan menyuguhkan pemandangan memukau. Segarnya warna lautan memanjakan wisatawan.

Embusan angin yang menerpa. Kapal berayun-ayun menghibur para penumpang. Bening air laut ikut menjernihkan pikiran.


Sembari memandang perahu nelayan sedang mencari ikan. Pantulan sinar matahari menyuguhkan citarasa tamasya bahari.


Berada di lautan seperti dekat dengan langit. Hanya dibatasi garis tipis fatamorgana. Langit luas terpampang jelas, membentang menjanjikan berjuta harapan.


Pulau-pulau yang dilalui menggoda untuk disinggahi, melambai rindu, memberi pengalaman baru, alami dan terbebas dari himpitan beban hidup.


Kapal membelah lautan, semburat berbuih-buih. Bulan Agustus gelombang tinggi. Sesekali kapal naik turun mengikuti ayunan ombak. Kata orang pulau, angin laut sedang menyambut HUT Kemerdekaan RI.

Teringat pesan Pak Guru bahwa jika kapal terombang-ambing agar pandangan mata tertuju langit supaya tak mabuk di perjalanan.

Berlayar ke Kepulauan Seribu menyiratkan pesan bahwa Jakarta itu luas lho dan berpanorama laut yang menggemaskan. Wisata bahari mensejajarkan Jakarta sebagai kota sentral darmawisata.


Jam 11.00 siang, kapal tiba ke Pulau Pramuka. Dermaga beratapkan kanopi membuat teduh orang berlalu-lalang.
Sementara tidak jauh dari dermaga terlihat bangunan-bangunan diantaranya RSUD Kepulauan Seribu, Kantor Pos, dan Masjid Al-Makmuriyah.


Hari ini, Jum’at 21 Agustus 2020. Penulis menuju masjid guna menunaikan shalat Jumat. Kondisi Masjid Al-Makmuriyah nyaman, asri, bersih, karpet empuk, wangi segar dan ber-AC membuat jamaah betah.

Dalam khutbahnya, khatib menyampaikan nasihat tentang dunia fana. Harta, pangkat, dan jabatan tidak akan dibawa mati. Umur bukan bertambah melainkan berkurang. Membangun kewaspadaan agar kita segera taubat, memperbanyak ibadah dan amal kebaikan.

Perjalanan Menuju Pulau Semak Daun


Selesai makan siang di Pulau Pramuka, perahu kecil mengantar kami menuju Pulau Semak Daun. Apabila berombongan dikenakan ongkos Rp 50.000 per orang. Jika sendirian Rp 100.000 per orang. Harga tersebut sudah termasuk ongkos pulang-pergi. Harga bisa negosiasi dengan yang punya perahu.

Perahu meluncur anggun mengarungi lautan permai. Termangu dengan sajian nuansa bahari, mengajak kita lebih dekat dengan alam. Angin sepoi sepoi membelai. Lautan warna hijau muda dan hijau tua menyapa ramah. Wisatawan tercengang takjub, ternyata Jakarta memiliki destinasi terunggul yaitu lautan Kepulauan Seribu.


Pantulan sinar matahari menyajikan pemandangan laut, berkilau laksana intan, pesona zamrud khatulistiwa.
Dari kejauhan terlihat nelayan menjaring ikan, perahu mengantar wisatawan dan samar-samar tampak kapal besar berlayar mengarungi lautan luas.

Seseorang sangat terpengaruh lingkungan sekitar. Thousand Island menawarkan paradigma yang berbeda. Paradigma lautan biru dengan segala potensi terkait dengan wisata laut serta kandungan hayatinya.


Pulau-pulau di lautan biru mengokohkan gelar indah; seribu pulau, pulau seribu, atau Kepulauan Seribu.

Laut sangat bersahabat dengan manusia, kita punya tanggung jawab untuk melestarikan dan bersikap sopan sebagaimana layaknya makhluk berakal.
Perahu singgah sebentar di Pulau Panjang. Kami juga melewati Pulau Karya.


Foto di atas adalah Pulau Karya di sana terdapat kantor pemerintah, seperti Polsek, Koramil, dan Dinas Pemadam Kebakaran.

Selamat Datang di Pulau Semak Daun


Jam 14.00 tiba di Pulau Semak Daun. Lapor diri dan registrasi Rp 15.000 ke penjaga pulau kemudian mencari lokasi yang disukai untuk nge-camp. Di pulau tersedia kamar kecil, kondisi lumayan bersih.

Tak perlu khawatir camping sebab petugas jaga stanby 24 jam. Ada warung kopi dan mie rebus. Atau bisa membawa alat masak sendiri. Kami sengaja sudah membeli nasi dan lauknya yang anti basi serta roti tawar di Pulau Pramuka, maklum kami camping tidak membawa alat makan melainkan hanya alat tulis hehe.

Perahu-perahu kecil atau ojek perahu siap membantu kebutuhan para pengunjung. Di sini, istilah ojek bisa disematkan ke perahu.

Jam 3 sore para pengunjung masih berdatangan. Perahu datang dan pergi silih berganti menunjukan bahwa pulau ini favorit dikunjungi.


Yang menjadi daya tarik wisatawan dari Pulau Semak Daun adalah pulau ini tidak berpenghuni sehingga kondisinya alami, tenang dan asri.

Suasana pulau bersih, rapi, dan teduh oleh pepohonan. Pulau kecil mungil, luas tidak lebih dari 8 hektare.

Wisatawan dapat melihat pemandangan laut dari segala sisi. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk bisa mengelilingi pulau seluruhnya.

Agar bisa memandang Pulau Semak Daun dari luar, kita dapat menyaksikannya dari dermaga yang menjorok ke laut.

Pulau ini di kelilingi beberapa pulau kecil yang membuat terkesima setiap mata yang menatapnya beserta panorama yang tersaji di bawah permukaan air.

Cocok Liburan bersama Keluarga


Air laut jernih, pasir bersih, dan ombak kecil menjadikannya cocok untuk liburan keluarga. Hamparan pantainya bisa membuat anak-anak bermain ceria dan tentu saja aman. Orang dewasa pun bisa menikmati pantai dengan snorkeling maupun sekedar bermain air bagi yang belum bisa berenang.

Asyiknya Berkemah Ria


Pulau Semak Daun sangat direkomendasikan bagi yang ingin camping. Pulaunya alami, teduh, bersih, dan tak ada bangunan kecuali hanya untuk petugas.


Tenda menghadap ke laut. Cocok untuk membuat karya tulis seperti saya hehe, mudah fokus, suasana alam sangat mendukung.

Sebenarnya camping bersama rombongan lebih seru namun camping sendirian pun why not, contohnya saya hehe. Bagi seorang tipe advanture kunjungan bisa dilakukan sesuka hati.

Sunset di Pulau Semak Daun


Menjelang matahari terbenam. Spot yang bagus di ujung barat, langsung menghadap sunset. Kami terus memandang sampai matahari benar terbenam; menyaksikan tasbih semesta menjelang gelap.

Malam yang damai tiba. Bulan sabit di malam 3 Muharram keluar dari peraduan dan menyapa syahdu.

Pantai pasir putih yang memanjang di ujung barat. Kami berdiri mendongak ke langit. Kanan kiri ada ombak berbisik merdu. Terpampang langit luas hadir di pelupuk mata. Bumi amat kecil bersanding luasnya cakrawala langit. Bumi tak terlihat ditelan gulita malam, sedangkan angkasa bertahtakan milyaran cahaya bintang.

Saya berani sendiri camping di pulau ini sebab terdapat beberapa tenda pengunjung lainnya.

——oooo——

Kepala tengadah menyaksikan bintang gemintang sampai ujung penglihatan, menatap langit separuh bulatan bumi.


Angin sepoi lirih berdzikir, seirama dengan tasbihnya pulau, lautan, dan angkasa raya. Sangat lezat di hati ketika lisan membaca Surat Ar-Rahman. Langit dan laut khidmat menyimak ayat demi ayat dari surat yang agung.

Allah menundukkan lautan untuk-Mu supaya kapal-kapal dapat berlayar dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur (QS. Al-Jatsiyah, 45:12).

‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau berbaring sembari memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka’.” (QS Ali Imran, 3: 190-191).

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, akan tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al-Israa, 17: 44)

Maka nikmat manakah dari Tuhanmu yang kamu dustakan (QS. Ar-Rahman, 55:16)

Udara bersih dan gemerlap bintang memberi cahaya terbaik. Kegemilangan galaksi bima sakti menunjukan keagungan Sang Pencipta yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di tempat ini tidak ada julid, fitnah, atau ambisi. Say good bye sikap mengotori hati dan welcome untuk mensucikan batin.

Selain membawa tenda, kita juga perlu berbekal tikar agar saat malam bisa enjoy menatap bentang alam.

——oooo——

Menikmati malam yang adem, kaki melangkah menuju timur, singgah di warung kopi. Malam duduk di kursi kayu gelondongan pesisir pantai. Selesai ngopi, wadah dibuang ke tempat sampah. Kita wajib menjaga pulau tetap rupawan dengan membuang sampah pada tempatnya.

Indahnya malam pantai dapat dinikmati dengan snorkeling.

Terlihat dari kejauhan cahaya dari pulau berpenduduk.

Gelap gulita sangat cocok tadarus Al-Quran dan mentadaburi maknanya.

Menikmati Sunrise


Jam 06.15 mentari pagi muncul di ufuk timur. Semburat cahaya kuning mewarnai riak ombak, harmoni bersama rona keemasan dirgantara yang hanya terpisah garis halus fatamorgana.

Udara sangat segar. Pohon hijau berjejer menyambut kedatangan pagi.

Dermaga kayu memanjang kondisi bagus dan strategis, instagramable untuk moment sunrise.

——oooo——

Jam 09.00 WIB suasana beranjak siang. Laut menunjukan kemegahannya. Pantai mempertontonkan pesona; air bening, permukaan laut berwarna warni : hijau muda, hijau tua, dan warna biru membentang.


Kaki berjalan menyisir pulau, menjejak pasir putih, sesekali melewati tenda camping di bawah pohon yang teduh.

Modal alam sudah lebih dari cukup, tinggal bagaimana publikasi sehingga akrab di telinga traveller dan backpacker nasional dan internasional.

Meninggalkan Pulau Semak Daun

Jam 10.00 WIB kami meninggalkan Pulau Semak Daun. Satu malam terasa kurang namun pekerjaan besok tak dapat ditawar.


Perahu beranjak mengantar pulang, meninggalkan pulau yang elok.

Beberapa jenak kami kembali disuguhi panorama laut yang membuat diri terperangah dengan pesonanya. Gambar kamera masih belum mampu memvisualkan kecerlangan laut Kepulauan Seribu.

Jam 10.30 tiba di Pulau Pramuka. Makan siang di warung dekat dermaga.

Jam 12.00 siang, kedatangan kapal pengantar ke Jakarta

Jam 15.00 tiba di Jakarta

Petualangan yang mengesankan, rileks. Makan cukup, istirahat cukup, dan karya tulis tuntas hehe.

——oooo——

Koreksi kami hanya satu, yaitu tentang kebersihan pulau:

Bahwa kebersihan pulau harus dinomor-satukan sebab pengunjung tak akan melirik pulau kumuh. Ke depannya perlu ada petugas kebersihan yang profesional. Tidak masalah tiket kompetitif asalkan handal menciptakan nol sampah.

Diakui bahwa virus ganas dari para pengunjung adalah membuang sampah sembarangan, namun hal itu jangan dijadikan alat pembenaran pemerintah untuk berpangku-tangan

Pemerintah tidak cukup hanya menghimbau melainkan harus dibuktikan dengan menghadirkan tenaga kebersihan mumpuni. Pulau Semak Daun adalah pulau kecil kurang dari 8 hektare (bahkan tidak berpenduduk) sehingga manajemen kebersihan dapat dimulai dari pulau ini.

Pulau elok yang terlantar seperti ombak kehilangan pantainya.

Jakarta, 22 Agustus 2020
—-tamat—-

Penulis : Dudi Akasyah
Foto : Dudi Akasyah (Kecuali jika ada keterangan khusus)
Instagram : Dudi Akasyah


*) Artikel di atas telah dimuat di Majalah Jalasena, PPAL, TNI AL, Jalasena, Jakarta, Edisi No.1, Tahun XI / 2021

Comment

Leave a Reply

News Feed