by

Dudi Akasyah : Sejarah Menghafal Al-Quran

Oleh : Dudi Akasyah

Nabi Muhammad ﷺ menghafal Al-Quran dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Setiap satu tahun sekali, Jibril as memeriksa hafalan. Nabi ﷺ diperintahkan untuk mengulang memperdengarkan hafalan yang telah diturunkan. Di tahun Nabi ﷺ wafat, ulangan bersama Jibril as sebanyak dua kali.

Para Sahabat Penghafal Al-Quran

Rasulullah ﷺ merupakan hafidz pertama yang merupakan contoh terbaik untuk para sahabat di dalam menghafal Al-Quran Al-Karim.

Setiap kali ayat turun, Nabi ﷺ menyuruh para sahabat untuk menghafalnya dan menuliskannya di batu, kulit binatang, pelepah kurma atau di apa saja yang bisa dituliskan. Hampir semua sahabat yang menerimanya mampu menghafal dan menguasai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ

Nabi ﷺ selalu memeriksa hafalan para sahabat. Beliau ﷺ mengatur susunan Al-Quran berdasarkan bimbingan Jibril as. Hanya Al-Quran yang diperintah ditulis oleh para sahabat, Adapun tulisan selain itu diperintah dibakar agar Al-Quran terpelihara.

Menghafal Al-Quran merupakan obyek perhatian para sahabat. Mereka berlomba menghafal, mempelajari, dan memahami maknanya.

Para sahabat Nabi ﷺ menghabiskan malam dengan membaca Al-Quran dan siang harinya menghadiri Majelis Rasulullah ﷺ

Para sahabat berlomba dalam menghafal sehingga jumlah huffadz atau qurra pada saat itu tidak terbilang.

Mereka menerima hafalan seperti menerima sepucuk surat dari yang dicintai, Allah ﷻ

Di Jazirah Arab, budaya menghafal lebih diagungkan ketimbang budaya menulis. Meski Rasulullah sering meminta sahabat untuk menulis ayat Allah ﷻ namun tulisan tidak menjadi sumber utama. Daya ingat para sahabat menjadi pemelihara Al-Quran (Muchlis M Hanafi, 2012).

Berkat mereka Al-Quran terjaga sampai saat ini, persis seperti yang diajarkan Nabi ﷺ

Imam Al-Qarafi mengatakan, seandainya Rasulullah ﷺ tidak dibekali dengan mukjizat maka para sahabat itu dapat menjadi mukjizat yang membuktikan kenabiannya (Al-Furuq, 4/70).

Sahabat Nabi ﷺ penghafal Al-Quran diantaranya:

1. Utsman bin Affan ra

Utsman ra hatinya senantiasa terkait dengan Al-Quran. Di masa Kekhalifahan Utsman ra berhasil menghimpun Al-Quran dalam satu mushaf.

2. Ali bin Abi Thalib ra

Sayidina Ali ra berkata: “Demi Allah, tidak satu pun ayat yang diturunkan kecuali aku telah mengetahui tentang apa dan dimana diturunkan. Sesungguhnya Allah ﷻ telah memberikan kepadaku kecerdasan hati dan lidah yang fasih.”

3. Zaid bin Tsabit ra

Zaid ra merupakan sahabat cerdas, penulis dan penghafal Al-Quran. Ia merupakan sekretaris kepercayaan Nabi ﷺ

4. Ubay bin Ka’ab ra

Umar bin Khathab ra berkata: “Qori paling baik diantara kami yaitu Ubay.” Umar ra juga berkata: “Barangsiapa yang hendak bertanya tentang Al-Quran datanglah ke Ubay.”

5. Abdullah bin Mas’ud ra

Ia dari semenjak kecil selalu mengikuti Rasulullah. Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Aku telah menghafal langsung dari Rasulullah ﷺ sebanyak 70 surat.” Rasulullah ﷺ memuji Abdullah bin Mas’ud ra dan menganjurkan para sahabat untuk belajar Al-Quran kepadanya.

6. Abu Darda ra

Abu Darda ra menjadi rujukan para sahabat yang ingin belajar Al-Quran di masa Khalifah Utsman bin Affan ra. Ia juga termasuk panitia yang mengumpulkan Al-Quran. Banyak orang belajar Al-Quran kepadanya. Majelis Abu Darda dipenuhi hadirin yang menghafal Al-Quran, jumlahnya mencapai 1.600 orang. Abu Darda ra wafat tahun 32 Hijriyah di masa Khalifah Utsman bin Affan ra.

7. Abu Musa Al-Asy’ari ra

Abu Musa ra merupakan penghafal Quran, sahabat Nabi ﷺ dan memiliki suara yang sangat bagus. Nabi ﷺ memuji suaranya: “Ia (Abu Musa) benar-benar telah diberi seruling Nabi Daud as” Abu Musa ra belajar Al-Quran langsung dari Rasulullah ﷺ

Para Khulafaur Rasyidin merupakan hafidzul Quran. Para sahabat lainnya penghafal Quran diantaranya yaitu: Zubair bin Awwam, Muawiyah bin Abi Sufyan, Al-Arqam bin Maslamah, Muhammad bin Maslamah, Abban bin Sa’it bin Al-‘As, Maslamah bin Khalid, Qais bin Shasha’ah, Tamim Al-Dari, Salamah bin Makhlad, Uqbah bin Amir, Ummu Faraqah binti Abdilah, dan sebagainya. Para sahabat lainnya pun sangat baik hafalannya, seperti Ibnu Abbas ra yang hafal Al-Quran di usia belia. Kemudian, Ubay bin Ka’ab ra merupakan sekretaris Nabi ﷺ di samping Zaid bin Tsabit ra.

Setelahnya Nabi ﷺ wafat dan banyak peperangan yang mana penghafal Al-Quran semakin berkurang, apalagi saat perang Yamamah yang menggugurkan 70 penghafal Quran (daarulmaarifciamis.com, April 2019). Maka Khalifah Utsman ra berupaya mengumpulkan dan membukukan Al-Quran. Zaid bin Tsabit ra menjadi pimpinan penghimpunan Al-Quran, Zaid ra merupakan sekretaris Nabi ﷺ

Dalam pengumpulan Al-Quran di masa Khalifah Abu Bakar ra dan Khalifah Utsman ra merujuk kepada dua macam yakni dari tulisan yang terserak di kulit binatang, pelepah kurma, dan tulang, serta dari hafalan para huffadz (daarulmaarifciamis.com, April 2019).

Ketika Al-Quran sudah ditulis dan dibukukan, tradisi hafalan tidak pernah sirna. Bahkan jika muncul air bah yang menghanyutkan semua tulisan, maka Al-Quran masih tetap terjaga dalam hafalan para hafidz dan hafidzhah.

Imam Ibnu Hazm tidak khawatir ketika penguasa saat itu membakar kitab-kitabnya, karena ilmunya terletak dalam hati bukan dalam catatan, al-‘ilmu fissudur la fissutur (Muchlis M Hanafi, 2012).

Hukum Menghafal Al-Quran

Hukum menghafal Al-Quran adalah fardu kifayah. Jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka seluruh umat Islam akan menanggung dosanya. Tahfidzul Quran merupakan bagian penting dalam Agama Islam.

Sebutan untuk penghafal Al-Quran yaitu Al-Hafidz (Huffadz), Hamilul Quran, Al-Qari, dan Ahlul Quran.

Nabi ﷺ memberi penghargaan tinggi untuk para penghafal:

“Umatku yang paling mulia adalah para penghafal Al-Quran” (HR. Tirmidzi)

Para ulama terdahulu mampu melahirkan peradaban gemilang. Imam Al-Nawawi menyampaikan bahwa ulama dan ilmuwan muslim memulai karir keilmuannya dengan menghafal Quran, kemudian hadits, dan ilmu-ilmu dasar keislaman lainnya (Muchlis M Hanafi, 2012).

Ibnu Abdil Barr menyampaikan bahwa tradisi ulama salaf di dalam menuntut ilmu adalah menghafal Al-Quran dan memahaminya dan menghafal segala ilmu yang mendukung pemahaman Al-Quran oleh mereka yang ingin pandai ilmu agama” (Jami Bayan Al-‘Ilm wa Fadlihi, Hlm 526).

Di dalam Tafsir Ath-Thabari (16/225) menyebutkan bahwa Abdullah bin Abbas ra menyampaikan: “Allah ﷻ menjamin bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya maka ia tidak akan tersesat di dunia dan tak akan celaka di akhirat.”

Jakarta, 7 Februari 2021

Referensi

Dari Berbagai Sumber

Artikel

Dr. Muchlis M Hanafi, MA, Tradisi Menghafal Quran, 7 April 2012, www.padanaran.org

Daarulmaarifciamis, Sejarah Tahfidzul Quran (Bagian 1), April, 2019, www.daarulmaarifciamis.sch.id.

Comment

Leave a Reply

News Feed