Assalamu’alaikum Wr Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Oleh : Dudi Akasyah
Kita baru saja memasuki tahun baru 2021. Panitia mengajak kita untuk menulis bertemakan: “Refleksi Diri pada Tahun 2020 sebagai Pembelajaran.”
Ketika orang ditanya tentang apa saja yang sudah dilakukan di tahun yang baru saja dilewati. Begitu entengnya mereka menjawab: “Saya tidak ingat apa saja yang sudah dilakukan di tahun itu.” Satu tahun dibiarkan berlalu, jika demikian 10 tahun pun biarkan berlalu, tanpa makna, kesan, apalagi inspirasi.
Menghargai Waktu
Allah bersumpah dengan waktu dalam banyak ayat yang berarti kita tidak boleh menyia-nyiakannya.
1. Wal fajr, demi waktu Fajar (QS. Al-Fajr, 89:1)
2. Wassubhi idza tanaffas, demi waktu subuh (QS. At-Takwir, 81:18)
3. Ketika matahari naik, Wadduha, demi waktu duha (QS. Ad-Duha, 93:1)
4. Ketika waktu siang, Allah bersumpah, wannahaari, demi waktu siang (QS. Al-Lail, 92:12)
5. Sampai kemudian waktu petang, Allah bersumpah, wal ashr, demi waktu ashar (QS. Al-Ashar, 103:1)
6. Wallaili idza yagsya, demi malam ketika sudah gelap gulita (QS. Al-Lail, 92:1)
Umur semakin berkurang, fisik semakin lemah, jaman semakin rusak, kesempatan semakin langka dan waktu tidak dapat diulang kembali.
Evaluasi terhadap tahun 2020 akan mampu memberi spirit luar biasa agar kita bangkit ke arah yang lebih baik. Tahun 2020 masyarakat dunia mengalami pengalaman sama tentang wabah Covid-19 namun masing-masing orang berbeda di dalam cara menyikapinya.
Tentunya kita harus survive dan senantiasa produktif dalam setiap situasi. Berlama-lama tinggal di rumah membuat kita dididik bagaimana berinovasi tanpa henti. Awalnya orang berasumsi bahwa tinggal di rumah berarti kreatifitas mati, namun ketika dijalani justru darinya kita mendapat pengalaman, peluang, bahkan terobosan untuk aktualisasi diri meski sedang sendiri.
Sudut pandang berlandaskan positive thinking menjadikan kita tidak mudah menyerah dengan keadaan, tanpa lelah mencari solusi dan gigih merumuskan konsepsi.
Isu covid-19 boleh saja sama namun produktifitas orang belum tentu serupa. Dalam arti, meski mereka tinggal di rumah namun alam ide manusia tidaklah terpaku pada ruang maupun waktu.
Bagi pribadi progresif kerap menjadikan kesulitan sebagai terobosan, mendayagunakan hambatan sebagai prospek menjanjikan. Saat orang terhalang sungai deras maka ia membuat wahana arung jeram yang eksotis, di kala menghadapi jurang terjal ia mendesain paralayang, dan ketika sakit ia membuat obat atau mendirikan poliklinik.
Saat wabah covid 19 menerjang penduduk bumi. Slogan 3 M menggema: Mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Himbauan 3 M masih kurang, perlu disempurnakan menjadi 5 M yaitu Memperbanyak ibadah dan Mempersering istighfar. Sebab Allah Taala sangat mudah mengirimkan wabah dan menghentikannya.
Kita telah disadarkan oleh situasi tentang betapa pentingnya perkataan “in sya Allah” sebab betapa menurut akal pikiran “pasti terjadi” namun keputusan Allah berada di atas segalanya.
Sebagai contoh, di tahun 2020 para jamaah haji sangat optimis akan berangkat haji di tahun itu. Secara akal “sudah pasti berangkat.” Namun, Allah yang membolak-balikan hati manusia menghendaki bahwa haji 2020 dibatalkan. Peristiwa tersebut memberi pesan agar kita selalu berserah diri kepada-Nya dalam setiap rencana melalui ungkapan in sya Allah (artinya: Jika Allah menghendaki).
Satu Tahun Itu Sangat Berharga
Satu tahun yang sudah berlalu mungkin amat mudah dilupakan, namun ketahuilah bahwa satu tahun telah menggerus umur secara signifikan. Usia manusia yang hanya puluhan tahun, sudah diambil jatah masa anak-anak dan remaja, maka kurun waktu satu tahun merupakan defisit umur yang perlu menjadi cambuk agar kita sadar. Berlalunya tahun harus memberi energi pendorong agar tahun 2021 lebih baik lagi dan lebih maksimal pendayagunaanya.
Mumpung, kita masih berada di awal tahun sehingga dapat menyusun planning apa yang akan dicanangkan dalam satu tahun ke depan. Terpampang jelas di hadapan kita terdapat 12 bulan. Sebagaimana dilansir www.saintif.com bahwa 12 bulan terdiri dari 48 minggu = 365 hari = 8.760 jam = 526.600 = 31.536.000 detik setiap tahunnya!
Kegiatan Kepenullisan
Saya senang dapat Bersama-sama sharing dalam Kegiatan Kepenulisan KPI UIN Bandung, memberikan motivasi kepada rekan-rekan mahasiswa untuk menumbuh-kembangkan minat menulis.
Menulis berjamaah memberi keuntungan secara kolektif.
Pertama, memperoleh ekstra motivasi dari teman-teman agar kita mau menulis.
Kedua, cita-cita membuat buku perdana lebih mudah tercapai.
Ketiga, konten buku lebih bervariasi, memiliki kaya citarasa pembahasan tema.
Keempat, memperluas promosi buku, publikasi dan marketing sebab para penulis di dalamnya tentu akan sangat berperan di dalam mensosialisasikan karya tersebut.
Untuk tahap-tahap awal proses pengumpulan naskah dari para peserta (penulis atau calon penulis) membutuhkan waktu, pendekatan, kesabaran, dan kreasi dari para panitia. Kalau meminjam istilah dari Maher Zain : “In sya Allah, ada jalan.”
Kemudian seiringnya waktu akan diperoleh peserta-peserta yang rajin menulis atau mampu meluangkan waktunya membuat buah pena sebagaimana tema yang ditentukan panitia.
Apabila kita dihadapkan pada dua tipe berkaitan menulis: (1) Orang berbakat namun jarang menulis (2) Tidak berbakat, namun rajin menulis. Maka kita akan lebih memilih tipe kedua. Semakin sering menulis maka secara alamiah akan semakin bagus kualitas tulisannya.
Kita sering membaca tulisan orang lain, kini saatnya catatan kita dibaca oleh mereka. Jika orang bangga dengan foto-foto kenangan maka tulisan adalah sebaik-baik nostalgia bahkan darinya akan mengalir manfaat dari generasi ke generasi.
Wahyu pertama turun memberi tempat mulia kepada “qalam (pena/pulpen)” (Lihat QS Al-Alaq, 96:4) menunjukan bahwa Al-Quran memberi dorongan dan apresiasi istimewa kepada umat Islam agar menaruh minat menulis.
Pada suatu waktu guru saya pernah berbisik bahwa para penulis ikhlas telah dikaruniai malam Lailatul Qodar. Masya Allah.
Islam memberi spirit luar biasa bagi siapa saja yang mau menulis. Amal jariyah tulisan sungguh istimewa. Menjadi ladang pahala yang senantiasa memberi manfaat dari jaman ke jaman.
Ucapan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ketua Jurusan KPI UIN SGD Bandung, Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag. yang telah memotivasi mahasiswa agar familiar dengan dakwah bil qolam (dakwah melalui tulisan).
Ucapan terima kasih kepada Panitia Kepelatihan Penulisan, KPI UIN Bandung yang telah bekerja keras dan ulet mengajak serta membimbing rekan-rekan mahasiswa agar menaruh minat di dunia kepenulisan.
Semoga karya ini menjadi inspirasi dan menjadi amal jariyah untuk kita semua. Aamiin ya Allah ya Robbal ‘alamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Jakarta, 22 Januari 2021
Dudi Akasyah
Comment