Oleh : Dudi Akasyah
Allah ﷻ sangat baik kepada kita. Hingga saat ini, sampai detik ini, Dia selalu mencukupi kebutuhan kita, menutup aib kita, dan selalu memberi jalan di saat sedang kesusahan.
Kita ingin agar detik-detik selanjutnya ketakwaan kita semakin baik kepada-Nya, semakin patuh, semakin ringan kaki dan tangan ini mengerjakan amal yang disukai-Nya ﷻ
Di saat lapang agar kita menggunakan kelapangan itu untuk bekal akhirat.
Di saat sempit supaya kita mampu mengaplikasikan sabar, menguji keuletan, dan cerdas membuat keputusan.
Allah ﷻ
Selalu mengabulkan doa, hingga detik ini
Pun selanjutnya, in sya Allah
Catatan ini sebagai upaya penulis untuk mengingat-Nya ﷻ sehingga dapat mengisi kembali hati, pikir, dan bersyiar yang disesuaikan dengan kapasitas kita masing-masing.
Allah ﷻ berfirman:
فَا ذْكُرُوْنِيْۤ اَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu” (QS. Al-Baqarah 2:152)
Ingat Allah ﷻ
Mengingat yang maha abadi lagi maha kuat. Memberi ruang di hati dan pikir kita untuk berdzikir.
Akh, kenapa jiwa harus terdominasi oleh hal yang fana, mudah runtuh. Kenapa pikir tersandera oleh hal yang mudah berubah/fluktuatif (duniawi)?
Melalui dzikir, kita dibimbing untuk berserah pada-Nya ﷻ Pikiran tunduk pada-Nya. Hati ditautkan kepada yang maha kuat.
Wahai jiwa janganlah kamu enggan untuk dzikir. Carilah berbagai cara agar asma-Nya menghiasi hatimu, menjernihkan pikiranmu, menghiasi hidupmu, dan menerangi perjalananmu.
Jika hati belum bisa dzikir, mulailah dengan dzikir lisan. Maka akan membimbing kepada dzikir hati dan perbuatan.
لأن ترك الذكر فيه بعد عن الله تعالى بالقلب واللسان بخلاف الذكر فإنك إن بعدت عنه بقلبك فأنت قريب بلسانك فعليك أن تذكر الله به وإن كان قلبك غافلا حال الذكر… فعلى المريد القيام بالأسباب ومن الله الوصول ورفع الحجاب
Artinya, “Tidak dzikir itu tanda jauh dari Allah baik secara hati maupun lisan. Lain halnya dengan dzikir karena meskipun hatimu jauh dari Allah, lisanmu tetap dekat dengan-Nya karena itu kau tetap harus menyebut nama Allah sekalipun hatimu lalai terhadap-Nya saat dzikir… (untuk sampai ke sana) seorang murid hanya berkewajiban menjalani sebab (sebagai syariat), sementara kesampaian dan terangkatnya hijab adalah wewenang Allah,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyah, tanpa tahun, juz I, halaman 40, dikutip dari NU Online)
Kelapa Gading, Jakarta
21 Muharram 1443 M / 29 Agustus 2021
Comment