by

Cerpen Inspiratif Karya Dudi Akasyah Berjudul : “Sayang Disayang”

Malam telah larut. Selimut telah mulai hangat. Sebentar lagi aku akan tertidur. Mata mulai mengatup hendak beranjak dari alam sadar.

Tiba-tiba, aku terperanjat bangun, disingkirkannya selimut, hati bergemuruh: “Aku sakit, hati hancur, sehancur hati anak kecil itu”

“Aku harus menemui Miftah! Bertanya kabar tentangnya, tapi dimanakah ia kini berada?”

Malam sudah larut. Nafasku masih tersenggal, air mata berderai. Mungkin jika ada orang akan menyangka aku gila, tak ada hujan tak ada angin tiba-tiba menangis seperti itu.

“Aku harus melakukan sesuatu untuk dia dan untuk mereka,” ujarku seraya kembali ke pembaringan.

Miftah adalah anak yatim piatu, berusia 8 tahun. Orang tuanya bernama Pak Jono dan Ibu Ratna. Pak Jono adalah temanku.

Dua tahun yang lalu, Ibu Ratna meninggal karena sakit. Enam bulan kemudian, Pak Jono menyusul, ia meninggal karena struk di usia muda. Ia meninggalkan anak semata wayang bernama Miftah yang saat itu masih berumur 6 tahun.

Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri saat Pak Jono wafat jam 10 malam. Ia berwasiat ingin dimakamkan di Purbalingga. Kami bersiap mengantar jenazah ke Purbalingga. Kemudian kami panggil Miftah, anak kecil itu, untuk menyiapkan pakaian dia, ikut ke kampung.

Miftah wajahnya datar, mungkin ia baru bangun sehingga masih belum sadar apa yang terjadi.

*****

Pagi hari jam 03.30 aku bangun. Gejolak hati tadi malam masih berbekas dan aku bertekad ingin berbuat sesuatu untuk Miftah dan anak yatim yang lainnya.

Dahulu aku pernah merasakan saat usia 5 tahun, baru ditinggal dinas Ibu selama 1 bulan saja, hatiku amat kosong, hampa, kelabu dan ceriaku mudah runtuh.

Sebentar lagi tiba waktu subuh, aku berangkat ke masjid.

*****

Selesai subuh aku mengajak tiga sahabat karib untuk berbincang sejenak di masjid, mereka yaitu Agus, Ulil, dan Bram.

Mereka semua sudah memiliki pekerjaan sebagai guru, karyawan dan pedagang.

Aku membuka pembicaraan: “Bro, kita adakan yuk program Baitul Mal untuk membina yatim. Baitul Mal adalah wadah zakat dan sedekah dari kita-kita.”

“Ide yang bagus” kata Bram.

“Bagaimana caranya Freddy?” Tanya Ulil kepadaku.

“Begini, tiap bulan kita sisihkan sebagian dari penghasilan kemudian kita bagikan ke anak-anak yatim yang tinggal di lingkungan RW kita. Jangan lihat besar atau kecilnya sumbangan, yang terpenting kita bisa memberi bukti nyata kepada mereka.”

“Mantap Bro Freddy” dukung Agus, “Kita datangi dulu yuk Pak RW untuk meminta data anak-anak yatim di wilayah ini. Mumpung masih pagi belum kerja.”

“Ayo” Jawab kami kompak.

*****

Pak RW, bernama Haji Sobri menyambut kedatangan kami di kediamannya.

“Ada apa Mas pagi-pagi begini bikin kaget saya saja” Kata Pak Haji sambil bercanda.

Kami pun menyampaikan maksud dan tujuan sebagaimana obrolan di masjid.

“Demikian Pak Haji sehingga kami ingin mendata jumlah anak yatim di wilayah RW yang bapak pimpin” Pintaku sebagai penutup uraian.

“Sangat bagus rencana adik-adik. Saya salut dan sangat mendukung. Belum pernah ada warga di sini, apalagi anak-anak muda, yang memiliki ide brilian seperti ini” Kata Pak RW.

Pak RW melanjutkan bicara “Saya sering mendengar warga menyumbang panti yang jauh di wilayah lain, padahal di wilayah sendiri masih banyak anak yatim yang membutuhkan uluran tangan kita.”

“Oh iya Mas, Anak-anak yatim di RW 07 berjumlah sekitar 10 orang” Ujarnya.

“Ada satu pertanyaan, mohon dijawab” kata Pak RW serius, “rencana sumber dananya dari mana?” Tanya dia penasaran.

“In sya Allah, setiap bulan kami akan menyisihkan sebagian dari penghasilan sebab kami sudah memiliki pekerjaan” kata Bram.

“Luar biasa. Saya jadi malu. Oke, saya ikut gabung. Nanti setiap bulan datang ke rumah saya ya. Tidak besar sih, semoga bermanfaat.”

Kami terharu atas dukungan dari Pak RW.

******

Setiap awal bulan, kami setor ke Bram yang ditunjuk sebagai bendahara Baitul Mal. Terkumpul uang sejumlah Rp 80.000,- ditambah dari Pak RW sehingga total berjumlah Rp 100.000,-

Kami langsung membagikannya kepada anak-anak yatim. Alhamdulillah, aku bisa bertemu Miftah yang kini tinggal bersama tantenya. Aku juga bisa mengelus kepala para yatim yang lainnya sembari mengantar santunan bulanan.

*****

Selesai shalat subuh sebagaimana biasanya kami berempat: aku, Agus, Ulil, dan Bram berkumpul di teras masjid membahas Baitul Mal.

Tiba-tiba ada jamaah, namanya Abah Ansor, menghampiri kami: “Asyik sekali mengobrolnya. Ada kegiatan apa?” Abah bersila di samping kami.

“Iya Abah, kami punya kegiatan santunan yatim?”

“Abah ikutan dong biar rezeki Abah makin barokah” kata dia.

“Silahkan Abah, dengan senang hati.”

Alhamdulillah, anggota kami bertambah dengan bergabungnya Abah Ansor dan Pak RW.

“Saran Abah, kalian buat kotak-kotak kecil kemudian kirimkan ke warung-warung di sekitar kita. Pasti mereka mendukung. Tapi sebelumnya minta izin ke Ketua RW.”

******

“Baik” kata Pak RW saat kami mendatangi beliau. “Sampaikan kepada empunya warung bahwa kotak ini atas perintah Ketua RW.”

Kami membuat 10 kotak kemudian disebarkan sesuai rencana.

Alhamdulillah saat pengecekan kotak, terkumpul dana sejumlah Rp 1.000.000,-
Satu juta rupiah!

Kami pun dapat memberi bantuan lebih besar lagi kepada anak-anak yatim.

******

Kegiatan kami mulai diketahui oleh para warga. Mereka ingin dikirim kotak yatim. Ada 300 rumah warga!

Para ketua RT, ibu-ibu Majlis Taklim, dan Remaja Masjid ikut sebagai petugas penarikan.

Dari hasil penarikan terhadap 300 rumah tersebut terkumpul 10 kg uang receh! Sengaja kami menempel sticker di tiap kotak berbunyi: “Silahkan masukkan recehan sisa belanja ke dalam kotak ini untuk yatim, piatu dan mustahik di sekitar kita”

Dari pemasukan tersebut kami adakan beberapa program yatim: santunan, pendidikan yatim, pengajian, dan wirausaha bagi yatim dan fakir miskin.

Ada juga orang gila yang tidak pakai baju atau kesulitan makanan, mereka juga kita beri bantuan.

*****

“Tok, tok, tok ” pintu rumah ada yang mengetuk, “Assalamu ‘alaikum”

“Wa alaikum salam” Jawabku sambil membuka pintu, “Silahkan masuk.”

Aku duduk bersama Bapak-Bapak yang menurutku beliau merupakan para tokoh masyarakat.

“Perkenalkan saya, Mukhtar Ketua RW 01, bersama dengan Ketua RW 02, 03, dan para Ketua RW lainnya”

“Mas Freddy, kegiatan Mas Freddy bersama teman-teman di RW 07 kini sudah terkenal dan sangat menginspirasi RW-RW yang lainnya. Kami ingin Mas Freddy memberi bimbingan kepada warga kami untuk mengadakan kegiatan serupa.”

“Alhamdulillah, baik Bapak. Dengan senang hati kami akan bantu mendirikan Baitul Mal di wilayah Bapak-Bapak semua.”

****

Bermula dari berdirinya Baitul Mal RW 07, selanjutnya berdiri Baitul Mal RW 01, 02, 03, dan seterusnya.

Aku mempunyai impian bahwa di tiap-tiap RW atau kampung bisa berdiri Baitul Mal RW atau Baitul Mal Kampung.

Kemudian bisa mendirikan Baitul Mal Kecamatan, sampai tingkat Nasional.

Aku tersenyum, ternyata untuk memberi santunan kepada anak yatim tidak harus menunggu kaya, melainkan bisa dimulai dari sekarang, dari uang recehan! Ketika kita sudah action maka Allah akan memberi jalan lapang kepada kita.

*****

Kini Miftah bersama anak-anak yatim lainnya bisa tersenyum. Selanjutnya anak-anak yatim di berbagai RW atau kampung sebentar lagi mereka juga akan tersenyum. Kemudian seluruh anak yatim se-Indonesia akan tersenyum.

Senyuman mereka adalah kekuatan hidup bagi kita di dalam rangka mengisi umur dengan karya terbaik.

= Selesai =

Jakarta, 26 Maret 2020

Identitas Penulis
Nama Lengkap : Dudi Akasyah
ID Instagram : Dudi Akasyah
Nomor WhatsApp : 085222777235
E-mail : Sakinah2007@gmail.com

Comment

Leave a Reply

News Feed