by

Sejarah Desa Wanahayu

-Berita-3,595 views

Oleh:
H. Cecep Dudi Akasyah, S.Ag., M.Si.
bin KH Ihsan Fauzan bin Amin bin Iskat bin Adi Sasmita

Wanahayu berasal dari dua suku kata, yaitu Wana dan Ayu. Wana artinya Hutan, kebun, perkebunan (inggris=park, arab=jannah). Ayu artinya cantik (inggris=beauty atau arab=jamiilah), indah, asri, alami, atau pesona. Hutan yang indah, perkebunan yang asri nan sejuk. Dengan demikian, Wanahayu artinya Kebun yang indah (beautiful park, aljannatul jamiilah).

Dalam sejarahnya, Wanahayu memiliki tradisi agama Islam yang kuat, hal ini ditandai dengan adanya makam keramat ulama, makam kabuyutan. Keberadaan Wanahayu sudah cukup tua jika dilihat dari rentetan sejarah di Indonesia.

Salah satu buktinya adalah akses jalan Wanahayu yang sangat tua, hampir sejajar dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Barat yang notabene termasuk sejarah tua di Indonesia. Jalan Wanahayu merupakan akses jalan yang menghubungkan kerajaan di wilayah Rajagaluh, Majalengka, Talaga, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang Larang. Daerah Wanahayu merupakan jalur penting yang menghubungkan wilayah tersebut.

Sebagaimana dilansir www.radarcirebon.com dalam artikel berjudul “Jalan Tol Bikinan Prabu Siliwangi, Jalurnya Menghubungkan Ciamis, Majalengka sampai Bogor” menyatakan bahwa dalam Prasasti Batu Tulis, disebutkan ruas ini menghubungkan sejumlah kawasan mulai dari Kawali, Talaga, Karangsambung, Tomo, Cisalak, Jalan Cagak, Sagalaherang, Wanayasa, Cikao, Tanjungpura, Warunggede, Cibarusah, Cileungsi dan Pakuan. Atau pada masa kini menghubungkan Kabupaten Ciamis, Majalengka, Sumedang, Subang, Karawang, Bekasi hingga Bogor. Sri Baduga Maharaja berkuasa pada 1482 sampai dengan 1521 Masehi. Bukti-bukti keberadaan Pakuan Pajajaran sendiri, dituliskan para penjelajah Belanda yakni, Scipio 1687, Adolf Winkler 1690, Abraham van Rieebeck tahun 1703, 1704 dan 1709.

Penduduk Wanahayu merupakan pendudukan yang sudah menetap lama. Banyak saksi hidup masih suka menceritakan Ratu Wihelmina (Belanda), masa Jepang, hingga setelah masa kemerdekaan.

Kenapa, hanya di sini yang disebut Wanahayu? Jika kita menelusuri dari arah Majalengka, kemudian Maja, setelah itu menelusuri jalan cukup jauh, sepanjang itu sangat sulit ditemukan air, misalnya sepanjang jalan cikebo tak jua dijumpai air (mata air), namun ketika memasuki Wanahayu (Blok Ahad dan Blok Saptu, Babakan) maka disana ditemukanlah mata air. Hutan atau kebun akan terasa sangat indah jika memiliki mata air.

Di Wanahayu, ketersediaan air telah mencukupi sehingga tidak harus meminta (ngulur) ke desa lain atau kampung tetangga, hal inilah kenapa disebut hutan yang indah (Wanahayu).
Dalam sejarah di wilayah mana pun, bahkan negara sekali pun, faktor ketersediaan air selalu menjadi faktor utama. Di negara-negara gurun pasir, dimana ada mata air maka di situ berdiri kampung atau kota. Di Afrika, sepanjang sungai nil berdiri kota-kota besar, demikian juga di Bagdad (Iraq) kota tersebut diapit oleh sungai Tigris dan Efrat.

Jalur dari Desa Maja menuju ke arah Talaga, terdapat perjalanan yang susah air (setelah dusun karang sari dan sepanjang cikebo) sehingga saat menjumpai Wanahayu tampaklah mata air yang segar yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga sebutan yang elok yaitu kebun indah (wanahayu) disematkan padanya.

Nama Wanahayu merupakan nama indah dan unik, kenapa? Indah dilihat dari paduan kata dan unik sebab nama “Desa Wanahayu” tak ada nama kembar di desa yang ada di Indonesia (apalagi dunia), nama Desa Wanahayu merupakan nama yang “khas” untuk menunjukan suatu wilayah di desa yang kita cintai ini.

Sebelum jaman Belanda, di Wanahayu ini terdapat para ulama yang mensyiarkan Islam. Hal ini didukung juga oleh berlalu-lalangnya para pensyiar agama Islam dari berbagai kerajaan di Jawa Barat yang melakukan rihlah (perjalanan) dan dakwah, jalur Wanahayu juga merupakan jalur (jalan) utama wilayah yang mengelilingi gunung Ciremai, disamping jalur penghubung antara Cirebon, Ciamis, Tasik, dan sekitarnya.

Pada jaman Belanda, Wanahayu sudah eksis, bahkan dari jaman Sunan Gunung Jati Cirebon, Wanahayu sudah ada dan menjadi jalur penting penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat.

Memang perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara lebih detail, termasuk penanggalan berdasarkan korelasi dengan prasasti atau peninggalan kuno. Di Wanahayu, secara kasat mata, sedikitnya ada empat fakta yang dapat diteliti, yaitu: (1) Berapa kepadatan tanah yang digunakan jalan raya, sebab jalan tersebut berusia sangat tua (2) Terdapat “Sasak Bodas” di Blok Ahad, berapa usia jembatan tersebut (3) Terdapat tugu di pilar (di atas bukit blok Saptu) perlu ditelusuri. (4) Makam Cikabuyutan, perlu ditelusuri saksi hidup atau dari sumber yang lain.

Intinya, Desa Wanahayu merupakan wilayah dakwahnya para wali, para ulama, para ajengan, para santri, sepatutnya bagi generasi penerus untuk melanjutkan amanah dari agama Islam.

Wilayah Jawa Barat termasuk provinsi yang kuat ajaran Islamnya maka sudah sepantasnya jika generasi penerusnya berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Islam. Taat solat, rajin ngaji, jauhi maksiyat sareng rajin sodakoh.

Wallahu a’lam bish showab

Penulis :


H. Cecep Dudi Akasyah, S.Ag., M.Si.
bin K.H. Ihsan Fauzan
Sarjana (S1) UIN Bandung
Magister (S2) Universitas Indonesia

Rabu, 11 Mei 2016

Comment

Leave a Reply

News Feed